Dalam acara jumpa pers yang di gelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Gus Miftah mengungkapkan keputusannya dengan penuh ketulusan dan kesadaran diri. Dengan suara bergetar, ia menyampaikan bahwa pengunduran dirinya adalah hasil dari sebuah proses introspeksi yang mendalam. Bagi Gus Miftah, jabatan yang diembannya bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah amanah yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Setelah perenungan, ia memutuskan mundur untuk memberi ruang bagi cara lain dalam berkontribusi pada bangsa dan negara.
Kontroversi yang Memicu Keputusan
Keputusan Gus Miftah untuk mengundurkan diri dari jabatan penting ini tidak terlepas dari peristiwa yang baru saja terjadi beberapa hari sebelumnya. Pada saat itu, ia mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial terkait seorang pedagang es teh manis bernama Sunhaji. Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Gus Miftah terlihat marah dan mengumpat pedagang tersebut. Umpatan kepada Sunhaji memicu kecaman dari berbagai kalangan dan menjadi sorotan media, dengan banyak yang mempertanyakan sikap Gus Miftah sebagai ulama dan teladan masyarakat.
Meskipun Gus Miftah telah meminta maaf atas tindakannya dan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah kekhilafan, reaksi keras terhadap insiden tersebut tak terhindarkan. Banyak pihak yang menilai bahwa perkataan tersebut mencoreng citra dia sebagai seorang pendakwah dan utusan khusus Presiden. Meski ada tekanan publik dan petisi meminta pencopotan dari Presiden Prabowo, Gus Miftah menegaskan pengunduran dia tidak di pengaruhi oleh pihak manapun.
Alasan di Balik Pengunduran Diri
Dalam jumpa pers yang di selenggarakan di Ponpes Ora Aji, Gus Miftah mengungkapkan bahwa pengunduran dia bukanlah akibat dari desakan atau tekanan dari luar. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa keputusan tersebut di ambil dengan penuh pertimbangan, melalui proses doa, muhasabah, dan istikharah yang mendalam. Menurutnya, keputusan ini agar ia bisa berkontribusi lebih luas untuk Indonesia, tanpa terikat jabatan.
“Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, dengan penuh kesadaran, kerendahan hati, dan ketulusan,” ujar Gus Miftah dengan suara bergetar.
Dalam pernyataannya, Gus Miftah menegaskan bahwa jabatan adalah sebuah titipan yang bersifat sementara. Jabatan, bagi Gus Miftah, adalah sarana untuk berbuat kebaikan dan memberikan manfaat. Ia mengingatkan bahwa pengabdian kepada bangsa dan negara tidak terbatas pada jabatan atau kedudukan semata. Sebagai pendakwah, pengabdian dapat di lakukan melalui dakwah atau kontribusi sosial lainnya.
Penghargaan kepada Presiden Prabowo
Salah satu hal yang paling menyentuh dalam pernyataan Gus Miftah adalah ungkapannya tentang Presiden Prabowo Subianto. Gus Miftah menyatakan rasa hormat dan cintanya yang mendalam terhadap Presiden Prabowo. Ia mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah di berikan untuk mengemban tugas sebagai Utusan Khusus Presiden. Gus Miftah juga mengungkapkan rasa penyesalan dan memohon maaf kepada Presiden karena merasa belum mampu memenuhi harapan yang ada.
“Dengan rasa penyesalan yang mendalam, saya mohon maaf kepada Bapak Presiden karena belum bisa memenuhi harapan yang Bapak berikan kepada saya,” ujarnya dengan suara terbata-bata. Ucapan terima kasih ini mencerminkan integritas Gus Miftah dan kesadarannya akan keterbatasannya dalam memenuhi ekspektasi.
Pembelajaran dan Refleksi Pribadi
Dalam kesempatan tersebut, Gus Miftah juga berbicara tentang pembelajaran yang ia dapatkan dari pengalamannya sebagai Utusan Khusus Presiden. Ia merasa telah banyak belajar menjadi seorang kesatria, yang berjiwa besar dan mampu mengendalikan diri dalam situasi sulit. Gus Mifftah mengakui bahwa sebagai manusia, ia tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu, ia memohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas segala kesalahan yang telah di perbuat, baik yang di sengaja maupun tidak di sengaja.
“Saya ucapkan terima kasih karena saya belajar menjadi seorang kesatria. Kepada seluruh rakyat Indonesia, saya mohon maaf jika ada kekhilafan atau kesalahan yang telah saya perbuat,” ujarnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Gus Mifftah tidak hanya menilai pengunduran dia sebagai sebuah keputusan administratif, tetapi sebagai sebuah refleksi diri yang dalam. Ia menyadari bahwa sebagai seorang tokoh agama dan publik, tindakannya selalu menjadi sorotan. Oleh karena itu, introspeksi dan perenungan mendalam menjadi bagian penting dari perjalanan hidupnya.
Langkah Lanjut Gus Miftah
Meskipun Gus Miftah mengundurkan diri dari jabatan Utusan Khusus Presiden, ia menegaskan bahwa ini bukanlah akhir dari perjalanan pengabdiannya untuk Indonesia. Sebaliknya, ia melihat pengunduran diri ini sebagai langkah awal untuk berkontribusi lebih luas dalam masyarakat. Sebagai seorang pendakwah, Gus Mifftah bertekad untuk terus memberikan manfaat melalui berbagai cara, baik dalam ranah keagamaan, sosial, maupun pendidikan.
Dengan segala kerendahan hati, Gus Mifftah mengajak masyarakat untuk tidak menilai keputusan ini sebagai langkah mundur, melainkan sebagai pembaruan dalam cara berkontribusi kepada bangsa. Ia berharap dapat terus berbuat kebaikan dan memberikan manfaat bagi sesama tanpa terikat pada jabatan tertentu.
Penutup
Keputusan Gus Mifftah untuk mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden adalah langkah yang penuh makna dan refleksi. Pengunduran diri Gus Mifftah menunjukkan keteguhan dan komitmen untuk memperbaiki diri. Meski terlibat kontroversi, ia tetap optimis dan bertekad memberi kontribusi terbaik bagi bangsa.